Teknologi Ozon untuk Penanganan Pascapanen Komoditas Pertanian

Teknologi Ozon untuk Penanganan Pascapanen Komoditas Pertanian

Subang – Humas BRIN. Komoditas hortikultura mengalami kehilangan hasil pertanian (postharvest losses) sekitar 35% bahkan bisa mencapai 50%. Pada masa penyimpanan produk pertanian akan mengalami penurunan mutu berkaitan langsung dengan perubahan sifat fisik, kimia maupun mikrobiologi. Pada sisi lain semakin meningkatnya tuntutan konsumen yang menginginkan produk pertanian lebih berkualitas, kondisi segar serta aman. Oleh karena itu, teknologi penanganan produk pertanian untuk mempertahankan mutu, kesegaran dan keamanan menjadi sangat penting.

Salah satu upaya agar hasil penelitian dapat diaplikasikan khususnya produk riset yang berkaitan dengan kehidupan berkelanjutan maka Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG)-BRIN menyelenggarakan Webinar Nasional kelima atau yang terakhir di tahun 2023 yaitu  pada Kelompok Riset TTG Pasca Panen Non Termal, sambut Achmat Sarifudin selaku Kepala PRTTG-BRIN pada saat pembukaan webinar dengan mengangkat tema “Teknologi Ozon untuk Penanganan Pascapanen Komoditas Pertanian”, pada hari Selasa (23/11). 

“Webinar ini bertujuan untuk memperkenalkan dan menambah pemahaman konsep inovasi teknologi tepat guna non termal berbasis Ozon berdasarkan tren teknologi 4.0, serta menggali potensi pengembangan teknologi tepat guna berbasis non termal khususnya di bidang Ozon pada komoditas pertanian dan dampaknya terhadap kehidupan berkelanjutan,” jelas Achmat.

Anto Sugiarto, Peneliti Pusat Riset Mekatronika Cerdas – BRIN menyampaikan materi tentang “Perkembangan Riset Teknologi Ozon untuk Penanganan Pasca Panen Komoditas Pertanian”. Adapun materi yang beliau sampaikan mengenai perkembangan teknologi pengawetan pangan, teknologi Ozon dan variasinya, proses sanitasi, desinfeksi dan sterilisasi pada dekontaminasi tingkat biologis.

“Ozone sebagai desinfektan dan sterilisasi memiliki efek bakterisida kuat yang mampu menghancurkan mikroorganisme seperti virus dan bakteri. Ozon dalam bentuk nano dapat meningkatkan transfer massa Ozon dan efektifitas dalam oksidasi serta penghilangan patogen berbahaya. Teknologi air nanobubble Ozon dapat mengurangi residu pestisida dan memperpanjang umur simpan,” ungkap Anto.

Lebih lanjut Anto menyampaikan, Indonesia termasuk Negara produksi pertaniannya sangat tinggi tetapi banyak membuang produk pertaniannya sehingga mengakibatkan banyak import, dimana food loss 300 kg per orang per tahun dan berada di urutan ketiga dari bawah top tri lowes for men dalam mengurangi food loss dan food waste

“Salah satu teknologi yang dibutuhkan dalam proses food loss dan waste adalah teknologi non termal. Ozon adalah teknologi non termal dianggap menjadi solusi target dalam mengurangi food loss dari pasca panen, dimana aplikasi Ozon gas maupun Ozon cair mampu menghilangkan kontaminasi pestisida dan menginaktivasi mikroorganisme. Kontribusi teknologi Ozon terhadap food loss dan food waste ini mulai dari penanaman (pupuk), pasca panen, penyimpanan, distribusi sampai ketempat mencapai 5-20 %,” ungkap Anto.

Sementara itu, Muhammad Nur dari Fakultas Sains dan Matematika – UNDIP menyampaikan materi tentang “Komersialisasi Teknologi Ozon untuk Penanganan Pasca Panen Komoditas Pertanian”. Pada kesempatan ini beliau menyampaikan sub materi yang pertama tentang teknologi plasma Ozon untuk pasca panen hortikultura mulai dari laboratorium hingga kontribusinya terhadap peningkatan pendapatan petani.
“Informasi ini terkait produk CPR Undip (D’Ozon Storage), basis SOP untuk Konsep SNI 8759:2019 yaitu informasi alat penyimpanan produk hortikultura pasca panen menggunakan teknologi ozon hingga syarat mutu dan metode uji, informasi aplikasi untuk skala industri, sejarah tentang proses penggunaan teknologi Ozon Plasma, mekanisme Ozon mengurangi mikroorganisme, serta terhadap pelestarian produk hortikultura,” ungkap Muhammad.

Lebih lanjut Muhammad menyampaikan sub materi kedua tentang komersialisasi teknologi Ozon untuk pasca panen dan pembinaan petani. Hal ini terkait bagaimana D’Ozone mampu mengawetkan sayuran, sebagai contoh pada implementasi di Koperasi Gablak Magelang yang juga sudah dikunjungi ilmuwan Asia. Kemudian ia sampaikan bagaimana komoditas Nasional cabai pada pasar industri/produk olahan dengan perangkat teknologi plasma Ozon di Sentra Pertanian Cabai desa Lubuk Cuik Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, pada Desember 2020.

 

“Penggunaan teknologi plasma Ozon (D’Ozone) pada penyimpanan kering bawang, kacang-kacangan, kopi, teh, beras dan lain-lain tidak terlepas pada kontrol yang baik. Penerapan teknologi D’Ozone pada penyimpanan bibit bawang merah dapat memiliki keunggulan yaitu biaya operasi murah, konsumsi listrik rendah, dan sebagai teknologi alternatif selain pestisida dan pengasapan untuk mengatasi serangga, mikroba dan jamur pada saat penyimpanan bawang merah,” ungkap Muhammad.

Shofyan Adi Cahyono dari SOM Fresh menyampaikan materi tentang “Pemanfaatan Teknologi Ozon untuk Penanganan Pasca Panen Komoditas Pertanian pada Industri”. Pada kesempatan ini, ia sampaikan bagaimana informasi pada pertanian organic, sistem yang mendorong kesehatan tanah, tanaman, petani dan konsumen melalui berbagai praktik; tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintetis, tidak menggunakan hasil rekayasa genetik, rotasi tanaman, daur ulang unsur hara dan bahan-bahan organik, serta pengolahan tanah yang tepat. 

“Mengapa memilih produk organik?, hal ini ia sampaikan karena; 1. tanaman organik mengandung lebih sedikit nitrat, nitrit dan residu pestisida dari pada tanaman konvensional, 2. tanaman organik mengandung vitamin C, senyawa fenolik, asam amino esensial, total gula dan betacaroten yang lebih tinggi dibanding tanaman konvensional, 3. tanaman organik mengandung lebih banyak zat besi, magnesium, fosfor kromium, yodium, moksadenum, selenium, kalsium, boron, mangan, tembaga, kalium, natrium, vanadium dan seng dibanding

tanaman konvensional, 4. tanaman organik memiliki rasa dan aroma yang lebih baik dibanding tanaman konvensional, 5. tanaman organik memiliki daya simpan yang lebih lama dan penyusutan bobot yang lebih sedikit dibanding tanaman konvensional”. 

“Pemanfaatan teknologi plasma Ozone (D’ozone) di SOM pada paket produk dengan spesifikasi 1 unit mesin D’Ozone DO0150CB (keluaran 150 gram/jam), 1 unit bak pencucian stainless (ukuran 200x100x80 cm3), dan 2 unit rak pencucian dan sekaligus penirisan),” ungkap Shofyan.   Pada akhir penyampaian materinya, Shofyan menyampaikan bahwa SOM Fresh memilih teknologi plasma Ozone (D’ozone) hal ini karena bermanfaat untuk sayuran dapat terjaga kesegarannya (tidak mudah busuk, lebih tahan simpan terutama jika dikombinasikan dengan coldstorage), membuat penampilan sayuran lebih bagus (bersih, warna cerah), dapat membuat hama yang berada di sela-sela sayuran keluar dan mati, rasa alami sayuran muncul  dapat meningkatkan kualitas sesuai dengan SNI 8759:2019, ungkap Shofyan. (sp.ecp.da/ed: da, set).

sumber : brin.go.id